Bangsa mongol terkenal dengan kisah Jengis Khan, penguasa barbar yang terkenal kejam. Kenyataannya, ia begitu dikagumi oleh rakyatnya hingga sekarang. Bangsa mongol pernah menguasai dunia, menjadi prajurit yang ditakuti karena kepemimpinan Jengus Khan.
Pernahkah disadari bahwa skill yang dibutuhkan untuk membawa jutaan rakyat berperang sama dengan skill yang diperlukan untuk membuat seluruh rakyatnya pada kedamaian? Semuanya membutuhkan Persuasi. Jenghis muda sudah memiliki hal ini ketika ia masih kecil. Dibesarkan dari sebuah keluarga bangsawan, Jenghis sejak usia empat tahun sudah bisa menunggangi kuda dan sejak saat itu mulai dilatih untuk menjinakkan kuda, menggembala domba, mengumpulkan kotorannya untuk bahan bakar, dan mengawasi terbak dari serigala. Memikul tanggung jawab sudah ia kenal sejak masih dini.
Di kemudian hari, Jenghis remaja berusia 13 tahun pernah ditawan oleh klan yang mengkhianati dan membunuh kepemimpinan ayahnya. Dalam kondisi sendiri, ia mampu menjalankan diplomasi dengan salah satu saudara pemimpin klan tersebut. Mulai dari tidur tanpa belenggu di leher, hingga bersembunyi di tenda sahabatnya kala melarikan diri. Kemampuannya dalam mempengaruhi orang sudah berkembang di usia belianya.
Suatu waktu, sambil membaca buku sejarahnya, saya baru menyadari bahwa dibandingkan Jenghis, saya hanyalah anak kecil yang jauh dari kematangan. Meski sudah bekerja, saya masih sering dihantui ketakutan dalam memegang tanggung jawab. Meski dewasa, saya masih gagap dalam menghadapi orang lain, terutama dalam negosiasi menghadapi decision maker. Maka mulai saat ini, saya ingin belajar menggembala. Mengorganisir, memberi kesenangan, dan memberi manfaat -tapi bukan dengan kambing atau kuda, melainkan manusia, tentu dengan cara yang manusiawi dan semangat kesejahteraan. Setiap masa punya lingkungan yang berbeda, tapi saya percaya ilmunya tidak akan berkurang. Apa yang bisa dipelajari orang masa lalu pasti bisa kita pelajari di masa kini.
#makeithappen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar