22 Jul 2015

Siapkan Pernikahan, bukan Menikah-nya

"Enam bulan setelah menikah, rasanya akan makin berat. Karena ternyata tidak mudah hidup bersama, ada banyak perbedaan. Selain itu, masalah keuangan juga mulai muncul karena tabungan sudah terpakai untuk menikah," kata kawan saya.

Makanya, laki-laki itu harus lebih fokus bagaimana menjaga Pernikahan, bukan bagaimana Menikah-nya nanti.

Kencrengan Emas

Rabu, 23 Juli 2015. Hari pertama bekerja setelah Lebaran.

Pegawai A: "Her, aku kurang percaya dengan emas karena sifatnya tidak liquid dan selisih harganya jauh sekali antara harga jual Antam (Rp 521,000/gr) dan harga beli (Rp 490,000/gr)."

Belakangan ini tema tentang investasi memang sedang marak dibahas di kantor saya. Alasannya, tidak lain karena mayoritas kami adalah anak muda (bujang -red) yang sedang menyiapkan pernikahan dan karena adanya THR yang rasanya sayang jika dihabiskan. Maka kami berpikir untuk menabung. Masing-masing punya caranya, tapi saya pilih EMAS.

Memang harus diakui harga saat ini sangat menyedihkan. Meskipun harga emas dunia turun, harga jual ANTAM masih flat dan menyisakan selisih yang besar dengan harga beli kembali (buy-back nya). Lihat grafik berikut (http://harga-emas.org/grafik/)



Tapi apabila saya melihat emas sebagai alat investasi jangka panjang, baru terlihat return yang bagus. Seperti terlihat di grafik berikut.


Seperti yang disampaikan dalam artikel Forbes tentang prediksi turunnya harga emas, meskipun harga jual sedang turun, saya masih bisa berharap bisa menikmati panen besar di saat investasi lain mengalami bubble (yang diprediksi akan datang kembali).


Terlepas dari kondisi sekarang, saya percaya bahwa logam mulia ini akan terus menjadi alat lindung nilai terbaik. Emas adalah alat tukar pertama yang oleh economist disebut "the real money".
Kata kawan saya yang lain, "Di jaman Khalifah, satu ekor kambing itu dihargai 1 Dinar. Dan sampai sekarang, ternyata harga satu ekor kambing masih 1 Dinar (sekitar Rp 1,400,000/ekor).

Akhirnya saya berkata pada kawan saya "Untungnya kita masih pegawai baru, jadi belum bisa investasi besar-besaran. Lebih baik kita diversifikasi tabungan kita, at least saya tetap nabung emas sebagai kencrengan saja. Kecil tapi rutin, supaya bisa dinikmati di masa depan. Seperti dahulu anak kecil menabung koin."

17 Jul 2015

Alon-alon Waton Nglakson

Sering kali saya dibilang terlalu halus oleh atasan saya, karena selalu menjelaskan sesuatu dari Latar belakang, Rumusan Masalah, Pembahasan, dan Kesimpulan.
Mungkin karena saya background nya adalah humas (di samping teknik), saya tidak nyaman jika komunikasi hanya to the point tanpa memastikan lawan bicara saya paham benar apa yang saya maksud. Tapi karena tuntutan pekerjaan, ritme itu saya percepat temponya sehingga tetap runtut namun singkat.
Kata kawan saya, "Herlambang sudah berubah, sekarang prinsipnya 'Alon-alon Waton Nglakson'.. Biarpun pelan tapi tetap mendorong."

Bisnis Tak Sampai

Jakarta, 1 Syawal 1436 H
Khotib:
dengan puasa, kita menjadi orang yang bersyukur. Satu gelas air putih saja akan terlihat luar biasa nikmat kalau sudah dekat waktu buka.
Makanya mulai sekarang jangan banyak mengeluh kalau tetangga punya harta lebih dari kita.
Karena apa yang kita punya sekarang,  merupakan nikmat yang harus disyukuri.
Saya (sambil menopang dagu karena belum makan):
pantas saja rencana bisnis saya "never happen".
Waktu kuliah rasanya senang sekali kalau bisa buka kios & cuci motor,
sekarang karena kebanyakan makan enak, maunya mulai bisnis langsung yang besar. #untungdiingatkan

12 Jun 2015

salesmanship Jalan Raya

Bahkan reflektor jalan pun bisa menjadi media jualan. Masih yakin usaha kita sudah 100 persen?? #makeithappen

12 Feb 2015

Bersaing tanpa takut kalah

"Ibu jangan dengar usulannya Mbak RT, legal officer-nya Ibu, soalnya dia fresh graduate dan belum punya pengalaman advokasi." kata seorang pengacara kepada Direktur perusahaan yang menggunakan jasanya.
"Kalau saya, sudah punya banyak pengalaman sampai saking sibuknya, saya tidak sempat tinggal dengan anak. Mobile terus, lagipula aset saya banyak jadi bisa menginap di banyak tempat," tambahnya.

Pembicaraan seperti ini tidak umum diucapkan dalam pemaparan laporan kegiatan pengacara kepada usernya. Tapi tetap diucapkan karena si pengacara merasa posisinya terancam oleh kritik RT, legal officer dari usernya sendiri. Aneh, tapi menarik untuk dibahas. Kenapa banyak orang takut bersaing?

Orang bersaing karena berpikir dengan mindset keterbatasan: kue yang mau saya ambil cuma ada satu di meja, jika saya mau dapat porsi besar, berarti orang lain harus mendapat porsi yang lebih kecil.

Hal ini menyebabkan persaingan model menang-kalah. Be a winner or loser. Sayangnya, dalam metode ini, kita bisa menang tapi kehilangan hubungan jangka panjang dengan pihak yang kalah. Jika kita kalah, kita akan sangat sakit hati sampai akhirnya menjauh dari si pemenang. Baik menang atau kalah, keduanya rugi karena kehilangan potensi lawan bersaingnya.

Bagaimana bila hal ini terjadi dalam hubungan kontraktor dan owner? Kontraktor bisa saja memaksa harga pekerjaan yang mahal karena owner sudah tergantung dengannya. Tapi, apakah yakin Owner bisa berlaku baik dan support kalau ternyata harga tersebut memang di luar budgetnya? Bisa saja karena merasa kalah, di lwvel lapangan personelnya mempersulit proses approval pekerjaan, Berita Acara, bahkan pembayaran.

Hal ini akan berbeda jika model Menang-Menang diterapkan. Kontraktor mendukung Owner dengan harga yang bagus, dan Owner mendukung Kontraktor agar operasionalnya lancar.

Begitu pula dalam bekerja, bersaing dengan sesama karyawan dengan model menang-kalah hanya akan menyisakan tiga pilihan:
1) Saya menang dan Anda kalah tidak mendapat apa-apa
2) Saya kalah dan Anda menang tapi jangan harap saya support
3) Saya dan Anda sama-sama kalah dan sama-sama rugi

Prinsip Menang-Menang harus dijalankan dengan kedewasaan pikiran sehingga kompetisi tidak menyisakan loser dan kita menang tapi tetap dapat support partner. Kalaupun kita kalah secara formal, kita tetap bisa kontribusi dan membangun tim bersama

8 Feb 2015

Mazhab Makan

Dalam misi mengurangi berat badan sejak awal tahun ini, saya sering dipusingkan dengan banyaknya saran teman-teman saya yg kadang saling opposing satu sama lain sehingga saya sebut sebagai "mazhab".
Ada mazhab OCD yang melarang saya makan antara jam 17 sampai jam 12 siang esok harinya. Ini ada yang oppose karena merasa kerja tanpa sarapan hanya akan membuat kita lemot.
Ada mazhab Vegan yang melarang orang makan/memakan produk hewani. Pun ada yang menentang karena berpikiran protein hewani juga diperlukan tubuh pada kadar yang sesuai.

Dan masih banyak yang lain.
Lelah dengan semua itu, lalu saya curhat ke tmn saya, "please Just tell me what I sould take and what I shouldn't."
Saya merasa semua istilah itu hanya budaya pop yang mengkotak-kotakkan gaya hidup orang sehingga muncul komunitas tertentu, barang merk tertentu, dan pasar tertentu. Bukankah orang jaman dulu bisa sehat tanpa tahu istilah yang macam-macam? Simply dengan tidak makan makanan yang berlebihan.