23 Mei 2010

Judul 2: Urgensi Bertauhid


Tauhid adalah meyakini keesaan Allah SWT dalam hal rubbubiyah, uluhiyah, dan asma wassifat. Bahwa segala seuatu ada penciptanya, dan hanyalah Allah Sang Pencipta semesta. Bahwa tidak ada yang berhak disembah dan diibadahi kecuali Allah SWT. Dan me-Maha Suci-kan Allah dari setiap penyekutuan dengan makhluk-Nya. Sifat Allah adalah Maha dalam segalanya, tiada terukur dengan kadar makhluk-Nya.

Berikut ini adalah sebagian alasan (dari sekian banyak yang ada) yang menjelaskan kenapa kita harus senantiasa bertauhid pada Allah SWT, sebagaimana dituturkan dalam tastqif ......
Agar mendapat jaminan keselamatan dunia dan akhirat dari Allah SWT
Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali mengikuti Rasulullah hijrah demi akidah, meninggalkan segala kemapanan di Mekkah. Semua karena mereka tahu betapa pentingnya akidah.
Serugi-ruginya penjahit karena salah jahit, atau seapes-apesnya usaha katering karena salah pesanan, atau sebangkrut-bangkrutnya kontraktor karena gagal konstruksi, MASIH ADA jalan untuk menutup kerugian...tapi...
Orang yang salah akidah, TIDAK ADA jalan untuk memperbaikinya ketika kita sudah menghadap Allah SWT. Tidak ada jalan untuk kembali ke dunia setelah kita meninggal.

Untuk menjaga moralitas/akhlak
Hati tidak nampak, tapi pengaruh hati selalu terlihat. Diungkapkan bahwa seseorang tidak menjadi indah atau mulia karena harta benda maupun kekayaannya. Tidak juga dengan paras atau tampilan fisiknya. Bukan di situ nilai utama manusia. Buktinya, di acara Kick Andi, kita bisa melihat betapa besar cinta seorang istri pada suaminya, seorang penjual krupuk yang memiliki keterbatasan fisik. Lalu apa yang dapat membuat kita indah? Jawab: inner beauty, perilaku kita, dan bisa kita kaitkan dengan akhlak.

“Orang yang cacat fisik, sedikit harta, jangan menangis,” kata ustadz. Cacat-cacat itu tidak hanya bisa dikatrol, tapi juga di-cover oleh keindahan moral.
“Tapi sedihlah orang yang cacat moral, cacat akhlak. Mau ditutup dengan apa kecacatan itu?” tambah ustadz.

Ungkapan yang masih diingat sampai sekarang adalah: Akar itu tidak terlihat. Dalam tanah, di tempat yang gelap. Tapi untuk menumbuhkembangkan tanaman, orang yang cerdas pasti akan menyiram akarnya.

Tauhid agar dapat barokah
Kata ulama Arab, “Barokah itu tambah-tambah kenikmatan (kebaikan)nya dan tambah-tambah manfaatnya.”

22 Mei 2010

Perumpamaan Seorang Mukmin itu Seperti Lebah


Ringkasan Tastqif 6 Maret 2010
Ruang Kuliah K.102 Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Judul 1: Mukmin dan Lebah


Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih, dan tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya). (H.R. Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Bazzar)

Demikianlah Rasulullah memberi nasihat bagi umatnya. Dalam tastqif ini, kita diajak memahami hadits ini secara lebih dalam lagi. Kenapa harus lebah, dan bagaimana aplikasinya dalam kehidupan kita sehari-hari? Selamat menyimak.


Kalau makan, makan yang baik
Lebah tidak mencari makan di tong sampah, tapi di taman berbunga.
Bagi kita, ini merupakan pesan dari Rasulullah bagi umatnya untuk selalu makan yang halal, bukan yang haram. Dan lebih lengkap lagi, agar kita meninggalkan makanan yang syubhat (nggak yakin halal atau haramnya).

Kalau memberi, memberi yang baik
Ditimpuk sarangnya sekalipun, yang diberikan ke kita adalah madu yang manis. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita memperlakukan segala sesuatu di hadapan kita dengan sebaik-baiknya? Buat saya, masih jauh panggang dari api.

Kalau hinggap di ranting, tak pernah rantingnya patah
Begitu pula kita, Rasulullah mengingatkan kita untuk tidak menjadi beban bagi sekitar kita, tapi untuk menjadi orang yang bermanfaat

Solid dalam jamaah
Lebah, hanya butuh satu hari untuk membangun rumah karena solid jamaahnya. Hal ini tercapai karena semua anggota koloninya berkontribusi. Begitu pula manusia. Dalam kelompok, semua penting. Ibarat jari, dari jempol sampai kelingking, masing-masing punya kerja sendiri-sendiri.

Membela harga diri dan kehormatannya, bahkan jika harus mati sekalipun

Untuk membela diri dan sesuatu yang ia anggap penting, lebah rela menggunakan sengatnya. Begitu pula sepatutnya manusia berjuang, pantang menyerah, mati-matian berusaha.

Satu komentar untuk bahasan ini: Dahsyat..!

gambar dari www.fotki.com