Nikmat memang baca buku sambil ngemil. Saya suka begini kalau sedang ada masalah di kampus; niatnya untuk mengurangi stress. Duduk, buka buku, terus ambil cemilan. Kresh.. kresh..., serasa dunia milik sendiri. Kalau sudah begitu, nggak peduli sama kanan kiri.
Tapi apa yang terjadi begitu cemilannya habis? Bosan, kosong. Rasanya niat baca jadi hilang. Ya, memang saya sadar kalau ngemilnya saya itu cuma pelarian dari pikiran-pikiran yang mengganggu kepala. Alih-alih masalahnya selesai, justru saya sering merasa bersalah setelah cemilan di toples habis. Pertama, menyesal karena secara sadar melakukan gerakan penggendutan. Kedua, menyesal karena di perut rasanya nggak enak, penuh tapi nggak kenyang. Ketiga, menyesal karena sudah melahap MSG (monosodium glutamate, penguat rasa-red) dengan santainya. Yang nomor tiga ini sebenarnya yang penting karena berbagaya untuk otak. Malahan seringkali saya menyalahkan kebiasaan ngemil saya ini atas penurunan prestasi akademis saya di kampus. Kenapa begitu? Mari kita lihat.
Neuroscientist (ahli saraf) menjelaskan bahwa MSG menyerang selubung sel-sel otak yang berfungsi melindungi dan mengatur keseimbangan kimia dalam sel. Sedikit saja perubahan pada keseimbangan ini dapat membawa sel kepada kematian. Dan perlu diketahui, dikatakan pula bahwa sel-sel otak tidak dapat beregenerasi seperti sel-sel lain dalam tubuh.
Kerusakan fungsi otak ini bisa terlihat dari beberapa gejala seperti terganggunya pola tidur, keinginan makan yang sangat besar (food cravings), dan rasa lapar yang terus muncul yang biasanya berujung pada obesitas. Lebih jauh lagi, MSG dapat membawa penyakit yang sifatnya menurun seperti penyakit Parkinson, Alzheimer (jadi ingat novel “Notebook” nya Nicholas Sparks, hhe), dan Amytropical Lateral Sclerosis (ALS). Bahkan ada pula yang mengaitkan MSG dengan sikap anak-anak di Amerika Serikat. Majalah Times di tahun 1994 mengabarkan bahwa jumlah penderita penyimpangan perilaku seperti Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD atau ADD tanpa hyperactivity) meningkat tajam selama sepuluh tahun terakhir. Padahal lima belas tahun sebelumnya, gangguan ini sangat jarang ditemukan di AS. Yang menarik adalah, penggunaan MSG dan Aspartam mulai meluas di AS pada awal tahun 1980-an. Secara angka sangat cocok, bukan? Demikian berbahayanya MSG, oleh para ahli ia disebut sebagai excitotoxin (dari kata excite + toxin).
Oh ya ampun, mudah-mudahan lewat tulisan ini saya bisa memperbaiki kebiasaan buruk saya yang suka ngemil ini dan lebih berhati-hati terhadap makanan.
PENTING..!
Other names of MSG:
Monosodium glutamate
Hydrolyzed “anything”
Autolyzed “anything”
Natural flavor/flavorings
Caseinate (sodium atau calcium)
Carrageenan
Yeast extract (ekstrak ragi) or nutrient
Seasonings, Spice
Gelatin
Bouillon/Broth/Stock
Commercial soup or sauce base
Soy, wheat, whey protein
Soy, fish, or bean sauces
Malted barley flour
Malt extract
Corn byproducts: corn syrup, dextrose,
cornstarch, citric acid