17 Sep 2010

Mimpiku untuk Indonesia bag. 1

Bismillahirrohmanirrahim

Suatu pagi, aku sedang ngobrol dengan hatiku. Hatiku bertanya, "Apa mimpimu untuk Indonesia?" Agak terkejut, kujawab, 'Kok tiba-tiba tanya begitu?'

Sambil curhat, hatiku menjawab, "Tadi baru saja aku browsing, cari-cari lomba blog." 'Iya, tadi kan kita bareng browsingnya,' diriku menimpali.
Hatiku melanjutkan ceritanya, "Sampai di satu judul lomba, aku tertegun. Judul lombanya 'Mimpiku untukmu Indonesiaku'. Sederhana sih, nggak ada kriteria artikel yang macem-macem. Tapi sekilas aku bertanya, 'Kalaupun masih bisa ikut lomba ini, apakah aku bisa menulis meski hanya satu artikel?' Aku merasa belum punya kepedulian yang cukup untuk bermimpi bagi negara ku sendiri."
Kujawab,  'Memang, selama ini kita memang punya mimpi. Tapi mimpi-mimpi itu kebanyakan cuma buat diri kita sendiri.'

'Tapi kenapa kita harus mikirin Indonesia sih? Orangnya banyak yang nggak kita kenal. Bukan saudara, bukan teman. Bahkan kadang aku juga bingung kenapa kita harus cinta sama negeri ini. Bernegara itu susah karena nggak ada syahadatnya. Maksudnya, mau nggak mau, kita dituntut cinta tanah air dan nurut dengan aturan yang ada di dalamnya. Tidak ada ikrar yang menunjukkan kalau mulut, hati, dan tindakan kita benar-benar cinta Indonesia.'

Hati: "Semua orang berhak bahagia Her. Apa salahnya kalau kita memperjuangkan kesejahteraan kita lewat organisasi yang bernama negara? Kalau kamu emang muslim, mestinya kamu tahu kalau kita disuruh menjadi rahmat buat semua alam, nggak usah pandang negara. Kalau agak sangsi dengan konsep pengkotak-kotakan masyarakat berdasarkan negara, ya niatin aja untuk manusia secara umum. Udah deh, ayo tulis apa mimpimu buat Indonesia?"

Aku: 'Sabar, sabar.. Dipikir dulu, baru nanti kita post ke blog. Kan nggak enak kalau nulis yang nggak bermutu di blog?'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar