12 Feb 2015

Bersaing tanpa takut kalah

"Ibu jangan dengar usulannya Mbak RT, legal officer-nya Ibu, soalnya dia fresh graduate dan belum punya pengalaman advokasi." kata seorang pengacara kepada Direktur perusahaan yang menggunakan jasanya.
"Kalau saya, sudah punya banyak pengalaman sampai saking sibuknya, saya tidak sempat tinggal dengan anak. Mobile terus, lagipula aset saya banyak jadi bisa menginap di banyak tempat," tambahnya.

Pembicaraan seperti ini tidak umum diucapkan dalam pemaparan laporan kegiatan pengacara kepada usernya. Tapi tetap diucapkan karena si pengacara merasa posisinya terancam oleh kritik RT, legal officer dari usernya sendiri. Aneh, tapi menarik untuk dibahas. Kenapa banyak orang takut bersaing?

Orang bersaing karena berpikir dengan mindset keterbatasan: kue yang mau saya ambil cuma ada satu di meja, jika saya mau dapat porsi besar, berarti orang lain harus mendapat porsi yang lebih kecil.

Hal ini menyebabkan persaingan model menang-kalah. Be a winner or loser. Sayangnya, dalam metode ini, kita bisa menang tapi kehilangan hubungan jangka panjang dengan pihak yang kalah. Jika kita kalah, kita akan sangat sakit hati sampai akhirnya menjauh dari si pemenang. Baik menang atau kalah, keduanya rugi karena kehilangan potensi lawan bersaingnya.

Bagaimana bila hal ini terjadi dalam hubungan kontraktor dan owner? Kontraktor bisa saja memaksa harga pekerjaan yang mahal karena owner sudah tergantung dengannya. Tapi, apakah yakin Owner bisa berlaku baik dan support kalau ternyata harga tersebut memang di luar budgetnya? Bisa saja karena merasa kalah, di lwvel lapangan personelnya mempersulit proses approval pekerjaan, Berita Acara, bahkan pembayaran.

Hal ini akan berbeda jika model Menang-Menang diterapkan. Kontraktor mendukung Owner dengan harga yang bagus, dan Owner mendukung Kontraktor agar operasionalnya lancar.

Begitu pula dalam bekerja, bersaing dengan sesama karyawan dengan model menang-kalah hanya akan menyisakan tiga pilihan:
1) Saya menang dan Anda kalah tidak mendapat apa-apa
2) Saya kalah dan Anda menang tapi jangan harap saya support
3) Saya dan Anda sama-sama kalah dan sama-sama rugi

Prinsip Menang-Menang harus dijalankan dengan kedewasaan pikiran sehingga kompetisi tidak menyisakan loser dan kita menang tapi tetap dapat support partner. Kalaupun kita kalah secara formal, kita tetap bisa kontribusi dan membangun tim bersama

8 Feb 2015

Mazhab Makan

Dalam misi mengurangi berat badan sejak awal tahun ini, saya sering dipusingkan dengan banyaknya saran teman-teman saya yg kadang saling opposing satu sama lain sehingga saya sebut sebagai "mazhab".
Ada mazhab OCD yang melarang saya makan antara jam 17 sampai jam 12 siang esok harinya. Ini ada yang oppose karena merasa kerja tanpa sarapan hanya akan membuat kita lemot.
Ada mazhab Vegan yang melarang orang makan/memakan produk hewani. Pun ada yang menentang karena berpikiran protein hewani juga diperlukan tubuh pada kadar yang sesuai.

Dan masih banyak yang lain.
Lelah dengan semua itu, lalu saya curhat ke tmn saya, "please Just tell me what I sould take and what I shouldn't."
Saya merasa semua istilah itu hanya budaya pop yang mengkotak-kotakkan gaya hidup orang sehingga muncul komunitas tertentu, barang merk tertentu, dan pasar tertentu. Bukankah orang jaman dulu bisa sehat tanpa tahu istilah yang macam-macam? Simply dengan tidak makan makanan yang berlebihan.