14 Nov 2010

Jangan Buru-Buru Pindahkan Ibukota

Menarik memang pandangan Pak Emil Salim yang diliput oleh detik.com. Ya, saya setuju jika dikatakan bahwa pemindahan ibukota ke Palangkaraya atau ke mana pun adalah hal yang mubazir. Sudah demikian banyak kegiatan, investasi, dan rencana yang dilaksanakan di Jakarta, sayang rasanya kalau kemudian ibukota negara harus dipindah. Ini akan menjadi sebuah pekerjaan yang besar bagi seantero wilayah Indonesia. Tidak hanya pembangunan infrastruktur di lokasi baru, masyarakat dan pemerintah daerah pun harus menyesuaikan segala birokrasi dan rencana-rencana strategis yang sudah ada. Jangan harap hal ini bisa selesai dalam jangka waktu yang pendek. Apalagi jika pemindahan ibukota negara ini dipromosikan sebagai solusi atas kemacetan Jakarta.
Mengatasi kemacetan Jakarta dengan cara membuat pusat pemerintahan baru adalah pemikiran yang sulit saya mengerti. Tidak pantas rasanya jika pemerintah yang harus berkorban untuk menyelesaikan masalah kemacetan Jakarta. Maksudnya, bukankah pihak swasta juga memiliki peran yang sangat besar dalam mengabadikan kemacetan? Lalu kenapa harus pemerintah pusat yang mengalah dan kemudian berimbas pada kepentingan nasional seluruhnya?

Sesungguhnya masyarakat ibukota masih memiliki kesempatan untuk beradaptasi dengan kemacetan yang terjadi di kota tersebut. Sayangnya hingga sekarang, meski masyarakat sadar benar bahwa sumber kemacetan adalah ketidakmampuan jalan menampung jumlah kendaraan yang melaluinya,  usaha yang dilakukan untuk mengurangi volume lalu lintas masih belum maksimal. Penggunaan kendaraan pribadi masih sangat besar, begitu pula dengan jumlah perjalanan yang dilakukan oleh masyarakat. Penyediaan dan pemanfaatan fasilitas transportasi publik pun masih jauh dari harapan. Masih banyak hal yang perlu diperjuangkan sebelum berpikir untuk memindahkan ibukota.
Bagi saya, ide yang lebih moderat adalah memperketat ijin pendirian bangunan, terutama untuk perkantoran dan pusat perbelanjaan. Dengan demikian persebaran lapangan pekerjaan pun dapat lebih diratakan. Bagaimanapun juga, pemerintah harusnya lebih berani melaksanakan wewenangnya untuk menata penggunaan lahan di ibukota negara ini dan bukannya justru mengalah dan pindah ke tempat lain.
Menurut saya, usulan pemindahan ibukota harus dibahas melalui forum yang lebih resmi dan melibatkan ahli-ahli dan praktisi yang berkompeten dalam bidang ini sebelum benar-benar dilaksanakan. Jika dalam kegiatan konstruksi dikenal istilah SIDLaCoM (Survey-Investigation-Desain-Land Accuisition-Construction-Maintenance), dalam masalah ini pun diperlukan langkah-langkah yang kiranya mampu memberikan solusi secara bertahap dan berkesinambungan.

13 Nov 2010

Kapok Saya (Makan MSG)

Nikmat memang baca buku sambil ngemil. Saya suka begini kalau sedang ada masalah di kampus; niatnya untuk mengurangi stress. Duduk, buka buku, terus ambil cemilan. Kresh.. kresh..., serasa dunia milik sendiri. Kalau sudah begitu, nggak peduli sama kanan kiri.
Tapi apa yang terjadi begitu cemilannya habis? Bosan, kosong. Rasanya niat baca jadi hilang. Ya, memang saya sadar kalau ngemilnya saya itu cuma pelarian dari pikiran-pikiran yang mengganggu kepala. Alih-alih masalahnya selesai, justru saya sering merasa bersalah setelah cemilan di toples habis. Pertama, menyesal karena secara sadar melakukan gerakan penggendutan. Kedua, menyesal karena di perut rasanya nggak enak, penuh tapi nggak kenyang. Ketiga, menyesal karena sudah melahap MSG (monosodium glutamate, penguat rasa-red) dengan santainya. Yang nomor tiga ini sebenarnya yang penting karena berbagaya untuk otak. Malahan seringkali saya menyalahkan kebiasaan ngemil saya ini atas penurunan prestasi akademis saya di kampus. Kenapa begitu? Mari kita lihat.
Neuroscientist (ahli saraf) menjelaskan bahwa MSG menyerang selubung sel-sel otak yang berfungsi melindungi dan mengatur keseimbangan kimia dalam sel. Sedikit saja perubahan pada keseimbangan ini dapat membawa sel kepada kematian. Dan perlu diketahui, dikatakan pula bahwa sel-sel otak tidak dapat beregenerasi seperti sel-sel lain dalam tubuh.
Kerusakan fungsi otak ini bisa terlihat dari beberapa gejala seperti terganggunya pola tidur, keinginan makan yang sangat besar (food cravings), dan rasa lapar yang terus muncul yang biasanya berujung pada obesitas. Lebih jauh lagi, MSG dapat membawa penyakit yang sifatnya menurun seperti penyakit Parkinson, Alzheimer (jadi ingat novel “Notebook” nya Nicholas Sparks, hhe), dan Amytropical Lateral Sclerosis (ALS). Bahkan ada pula yang mengaitkan MSG dengan sikap anak-anak di Amerika Serikat. Majalah Times di tahun 1994 mengabarkan bahwa jumlah penderita penyimpangan perilaku seperti Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD atau ADD tanpa hyperactivity) meningkat tajam selama sepuluh tahun terakhir. Padahal lima belas tahun sebelumnya, gangguan ini sangat jarang ditemukan di AS. Yang menarik adalah, penggunaan MSG dan Aspartam mulai meluas di AS pada awal tahun 1980-an. Secara angka sangat cocok, bukan? Demikian berbahayanya MSG, oleh para ahli ia disebut sebagai excitotoxin (dari kata excite + toxin).
Oh ya ampun, mudah-mudahan lewat tulisan ini saya bisa memperbaiki kebiasaan buruk saya yang suka ngemil ini dan lebih berhati-hati terhadap makanan.

PENTING..!
Other names of MSG:
Monosodium glutamate
Hydrolyzed “anything”
Autolyzed “anything”
Natural flavor/flavorings
Caseinate (sodium atau calcium)
Carrageenan
Yeast extract (ekstrak ragi) or nutrient
Seasonings, Spice
Gelatin
Bouillon/Broth/Stock
Commercial soup or sauce base
Soy, wheat, whey protein
Soy, fish, or bean sauces
Malted barley flour
Malt extract
Corn byproducts: corn syrup, dextrose,
cornstarch, citric acid